Hampir semua mahasiswa selalu mengalami
ablasi batin dalam hal pemilihan alat analisis yang tepat dan otentik untuk
merumuskan hasil skripsi atau tesisnya. Sama halnya dengan bidang ilmu yang
lain, dalam bidang ilmu perencanaan wilayah dan kota, juga terdapat metode
analisis kualitatif dan kuantitatif. Nah pada tulisan ini, saya akan membahas
satu persatu analisis kuantitatif untuk perencanaan wilayah yang telah berhasil
saya rangkum dari literatur kuliah, juga beberapa buku. Tapi jauh dari sekedar
menyelesaikan tugas kuliah harian ataupun tugas akhir, penggunaan analisis untuk
merencanakan wilayah baik dari aspek ekonomi, tingkat disparitas, demografi,
tipologi wilayah dan lain lain menuntut perencana untuk paham secara kaffah
ilmu analisis ini atau dengan kata lain ilmu seputar ini sama sekali tidak
boleh ter-skip dari peredaran isi otak orang-orang yang mengaku “Urban and
Regional Planner”
Dulu saya sering mendengar orang-orang
berasumsi bahwa PWK adalah bidang ilmu yang substansialnya berfokus pada
pemetaan wilayah, PWK itu menggambar. Tapi setelah menggeluti ilmu ini, saya
mendapati bahwa ilmu PWK adalah analisa. Bidang ilmu perencanaan wilayah lebih
menuntut 3 kali lipat untuk menganalisa wilayah secara objektif dan sangat
diversitas, lalu barulah keterampilan pengaplikasian peta via digital dan
aplikasi lainnya mengikuti. Tapi semua orang memiliki kemampuan pada petak-petak
yang berbeda. Intinya, jago analisa dan jago gambar adalah paket komplit output
pengkhatamkan ilmu PWK.
Pada tulisan ini, penulis sengaja hanya
menampilkan informasi-informasi berupa definisi dan tujuan penggunaan tiap-tiap
analisis, sebagian analisis ditampilkan dengan rumusnya. Bukan hanya rencana
pembangunan wilayah perkotaan yang perlu minimalis tapi ruang menulispun harus
dibuat seminimalis mungkin (berlaku kali ini saja) dengan tujuan agar pembaca
melalui sesuatu yang dinamakan “proses mencari tahu” bagaimana pengaplikasian
atau informasi lebih lengkap mengenai masing-masing alat analisis diatas baik
dari literatur buku maupun dosen pengampu mata kuliah analisis kuantitatif
untuk perencanaan wilayah.
Nah, secara garis besar, ada 10
pengelompokan analisis kuantitatif untuk perencanaan wilayah diantaranya
sebagai berikut;
1. Keunggulan Wilayah
a. LQ, LI dan SI
Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat spesialisasi sektor-sektor di suatu wilayah atau sektor-sektor apa saja
yang merupakan sektor basis atau sektor leading. LQ
juga dapar menunjukkan indikasi kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta tingkat kecukupan barang/jasa dari
produksi lokal. Adapun persamaan dari analisis LQ adalah sebagai
berikut;
Keterangan;
Si = Jumlah produksi di sub daerah
Ni = Jumlahn produksi i di seluruh daerah
S = Seluruh produksi di daerah
N = Seluruh produksi di seluruh daerah
Localization
Index (LI) merupakan index yang menggambarkan pemusatan relatif suatu
aktivitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah. Indeks ini digunakan
untuk mengetahui distribusi aktivitas tertentu di wilayah. Interpretasi hasil analisis Localization Index adalah
sebagai berikut:
Apabila nilai LI mendekati
0, berarti perkembangan suatu komoditas pada wilayah kecamatan cenderung
memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah kabupaten. Tingkat perkembangan
aktivitas akan relatif indifferent di seluruh wilayah atau aktivitas
tersebut memiliki peluang tingkat perkembangan yang relatif sama di seluruh
wilayah. Apabila nilai LI mendekati
1, berarti komoditas yang diamati cenderung berkembang memusat di satu wilayah.
Artinya komoditas tersebut akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasi-lokasi
tertentu.
Specialiation
Index (SI) adalah analisis yang menggambarkan wilayah berdasarkan
aktivitas-aktivitas yang ada. Besaran nilai SI berkisar antara 0 sampai dengan
1. Wilayah dengan nilai SI mendekati 0 tidak memiliki kekhasan aktivitas
tertentu, sedangkan nilai SI mendekati 1 maka wilayah tersebut memiliki
kekhasan. Interpretasi hasil analisis Specialization Index adalah
sebagi berikut:
Jika nilai SI mendekati 0,
berarti tidak ada kekhasan. Artinya, dalam wilayah kecamatan tidak memiliki
aktivitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dengan wilayah
lain. Jika nilai SI mendekati 1,
berarti terdapat kekhasan. Artinya, dalam wilayah kecamatan memiliki aktivitas
khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan kawasan lain.
b. Shift Share
Analisis shift-share memberikan gambaran tentang kinerja suatu
aktivitas dalam sektor perekonomian, yang dapat dijelaskan dari tiga komponen
hasil analisis, yaitu komponen laju pertumbuhan (komponen share), pergeseran
proporsional (proporsional shift), pergeseran diferensial (differential
shift).
PEK = KPN + KPP + KPK
Keterangan :
PEK : Perubahan Pendapatan Kabupaten
KPN : Komponen Pertumbuhan Propinsi
KPP : Komponen Pertumbuhan Proporsional
KPK : Komponen Pertumbuhan Daya Saing Kabupaten
2. Tingkat
Perkembangan Wilayah
a. Indeks
Diversitas Entropy
Indeks Entropi digunakan
untuk melihat hirarki wilayah, yaitu mengukur tingkat perkembangan suatu
wilayah dan melihat komoditas-komoditas yang dominan (yang berkembang) pada wilayah
tersebut. Semakin tinggi nilai indeks entropi, artinya keragaman jenis
komoditas tanaman pangan semakin besar atau aktivitas ekonomi suatu wilayah
semakin beragam. Persamaan analisis entropi
adalah sebagai berikut (Situmorang, 2011):
Keterangan:
S = Nilai Entropi
Pij = Nilai rasio
frekuensi kegiatan pada kategori ke-i di wilayah ke-j
i = Kategori aktivitas
ekonomi ke-i
j = Kategori wilayah ke-j
b. Growth
Model
Metode
growth digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan produktivitas dari tahun ke
tahun.
Dengan :
Tn : jumlah produksi tahun ke-n
Tn-1 : jumlah produksi tahun ke-(n-1)
Hasil rata-rata
diatas kemudian dijumlah ke bawah sesuai dengan jumlah data dan hasilnya
dijadikan standar bagi rata-rata produksi lain. Tanda positif (+) dinyatakan
bahwa produksi tersebut berpotensi dan tanda (-) dianggap bahwa produksi
tersebut kurang berpotensi.
c. Analisis
Hirarki Wilayah (Skalogram)
Analisis ini untuk mengidentifikasi
pertumbuhan pusat permukiman yang cepat perkembangannya, dan kaitannya dengan
pemanfaatan lahan. Metode
Skalogram digunakan untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang bagaimana pola
fungsi / fasilitas pelayanan, sosial ekonomi yang terdapat pada berbagai
tingkatan perkotaan/ pusat pelayanan dan bagaimana pola tersebut melayani
kebutuhan penduduk di wilayah yang di tinjau. Dengan kata lain metode ini dapat
digunakan untuk mengelompokan satuan permukiman berdasarkan tingkat
kompleksitas fungsi pelayanan yang dimilikinya, serta menentukan jenis dan
keragaman pelayana dan fasilitas yang terdapat pada pusat – pusat pelayanan
dengan berbagai tingkatan.
3.
Dispariitas Pembangunan Wilayah
a. Indeks
Gini
Gini Ratio merupakan suatu alat untuk
mengukur tingkat kesenjangan pembagian pendapatan relatif antar penduduk suatu
negara atau wilayah yang telah diakui secara luas. Gini Ratio dengan asumsi-asumsi
tertentu dapat pula dipergunakan untuk bahan analisis perbandingan pembagian pendapatan
relatif antar masyarakat dari beberapa Negara atau wilayah dan kecenderungan
kesenjangan pembagian pendapatan antara anggota masyarakat tertentu.
b. Indeks
Williamsom
Menganalisis
seberapa besarnya kesenjangan antarwilayah/daerah adalah dengan melalui
perhitungan indeks Williamson. Dasar perhitungannya adalah dengan menggunakan
PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per daerah. Kesenjangan
pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dilakukan dengan
menggunakan Indeks Williamson. Rumus dari Indeks Williamson adalah sebagai
berikut:
Keterangan
CVw
= Indeks Williamson
fi
= Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i (jiwa)
n
= Jumlah penduduk Jawa Barat (jiwa)
Yi
= PDRB
per kapita kabupaten/kota ke-i (Rupiah)
͞y = PDRB per kapita rata-rata
Provinsi (Rupiah)
c. Indeks
Entropy Theil
Indeks
ini digunakan untuk mengukur kesenjangan ekonomi dan kosentrasi Industri. Dalam
indeks Entropi ini merupakan indeks kosentrasi spasial yang menyediakan ukuran
derajat kosentrasi distribusi spasial pada sejumlah daerah dan sub daerah dalam
suatau negara dan antar sub unit daerah dalam suatu kawasan pada suatu titik
waktu. Nilai indeks entropi yang lebih rendah berarti mennjukkan adanya
kesenjangan yang rendah, dan sebaliknya. Indeks Entropi Theil Mudrajad Kuncoro,
2004 : 134)
Keterangan :
I(y) : Indeks entropi Theil
yj : PDRB per kapita masing-masing wilayah
Y
: Rata-rata PDRB per kapita wilayah yang lebih
luas
xj : Jumlah penduduk masing-masing wilayah
X
: Jumlah penduduk wilayah yang lebih besar
4.
Tipologi Wilayah
a. Principal
Component Analysis (PCA)
Teknik analisis ini
mentransformasikan secara linier satu set peubah ke dalam perubah baru yang
lebih sederhana dengan ukuran lebih kecil representative dan ortogonal (tidak
saling berkorelasi) (Saefulhakim, 2005). Hasil analisis PCA digunakan untuk
menduga parameter model hubungan antara kinerja perkembangan wilayah dengan konfigurasi
ruang prasarana dasar kota dan kondisi fisik wilayah. Teknik yang digunakan
untuk menganalisis tujuan tersebut adalah analisis Spatial Durbin Model (LeSage, 1999).
b. Cluster
Analysis
Dalam bidang perencanaan wilayah dan kota,
analisis cluster ini dapat digunakan
dalam mengelompokkan fasilitas – fasilitas umum dari sudut pandang pemakai atau
masyarakat. Sebagai contoh, mengelompokkan fasilitas prasarana transportasi
seperti terminal. Dengan menganalisis data – data yang ada, maka dapat
dikelompokkan terminal yang pelayanannya sudah baik, sedang atau terminal yang
tidak baik kualitasnya. Maka terminal – terminal yang memiliki karakteristik
yang sama (ditandai dengan nilai yang selisihnya tidak jauh berbeda) akan
ditempatkan pada satu kelompok atau cluster.
(Untuk Metode analisis poin 5 hingga 10 masih menunggu pertemuan mata kuliah "Analisis Kuantitatif Perencanan Spasial" selanjutnya) :)
(Untuk Metode analisis poin 5 hingga 10 masih menunggu pertemuan mata kuliah "Analisis Kuantitatif Perencanan Spasial" selanjutnya) :)
5.
Spatial Interaction (Melihat
Keterkaitan Lansung)
a.
Model
Gravitasi
b.
Model
Maximinasi Entropy
c.
Model
Interregional I.O
6.
Spatial Interaction (Melihat
Keterkaitan Tidak Lansung)
a.
Model
Regresi Spasial
b.
GWK
(Geographic Weighted Regression)
7.
Spatial Optimization
a.
Model
Optimasi Transportasi
b.
Model
Optimasi Perencanaan Ruang
c.
Model
Optimasi Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan
d.
Model
Optimasi Penggunaan Lahan
8.
Spatial Dynamic
a.
Model
Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan
b.
Model
Pertumbuhan Kota
c.
Model
Simulasi Zonasi
9.
Spatial Hierarchy Model
a.
Model
Multilevel
b.
Model
SEM (Structural Equation Model)
10.
Participatory Spatial Planning
a.
Correspondence
Analysis
b.
Logical
Framework Analysis
c.
AHP
d.
Participatory
Prospective Analysis (PPA)
e.
Participatory-
GIS
Disamping
analisis-analisis untuk perencanaan wilayah, ada juga analisis kuantitatif yang
bersifat umum (perhitungan statistika) yang sering digunakan ketika merumuskan
penelitian yang berkaitan dengan perencanaan wilayah, diantaranya sebagai
berikut;
1. Uji
Chi-Square (Uji Kai Kuadrat)
Maksud dan tujuan dari pengujian dengan menggunakan model
Uji Chi Square (Kai Kuadrat) adalah membandingkan antara fakta yang diperoleh
berdasarkan hasil observasi dan fakta yang didasarkan secara teoritis (yang
diharapkan).
Uji chi-square diterapkan pada
kasus dimana akan diuji apakah frekuensi yang akan di amati (data observasi)
untuk membuktikan atau ada perbedaan secara nyata atau tidak dengan frekuensi
yang diharapkan. Chi-square adalah teknik analisis yang digunakan
untuk menentukan perbedaan frekuensi observasi (Oi) dengan frekuensi ekspektasi
atau frekuensi harapan (Ei) suatu kategori tertentu yang dihasilkan. Uji ini
dapat dilakukan pada data diskrit atau frekuensi.
2. Analisis
Regresi
Analisis
regresi dipergunakan untuk menggambarkan garis yang menunjukan arah hubungan
antar variabel, serta dipergunakan untuk melakukan prediksi. Analisa ini
dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama
untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna.
Analisis ini terbagi atas Analisis Regresi Linear Sederhana dan Analisis
Regresi Linear Multiple.
3. Analisis
Korelasi
Analisis ini merupakan salah satu cara untuk mengkaji keterkaitan
antara faktor yang berpengaruh antara koefisien korelasi (r). Dimana analisis
ini digunakan untuk menentukan korelasi antara variabel tidak bebas dengan
variabel bebas dengan rumus berikut ini :
Pedoman interpretasi koefisien korelasi antar variabel yang
diuji mengacu pada pedoman sebagai berikut;
Koefisien Tingkat
Korelasi Variabel Yang Berpengaruh
No.
|
Tingkat
Hubungan
|
Interval
Koefisien
|
1
2
3
4.
5.
|
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
|
0,00 – 0,199
0,200 – 0,399
0,400 – 0,599
0,600 – 0,799
0,800 – 1,000
|
Sumber :
Soegiyono 2005, 214
4. Analisis
SWOT
Nah, untuk rumusan masalah penelitian yang mengintruksikan
untuk menjelaskan cara-cara atau masukan-masukan yang harus dilakukan terkait
hasil penelitian maka analisis SWOT adalah kuncinya. Namun saya paling tidak
menyukai teknik analisis ini dikarenakan hasil yang dikeluarkan kurang akurat
(tergantung si penganalisa). Analisis SWOT ini semata-mata sebagai
suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang
dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan
keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi. SWOT adalah singkatan dari; S =
Strength (kekuatan), W = Weaknesses (kelemahan), O = Opportunities (Peluang)
dan T = Threats (hambatan).
5. Analisis
Skala Lickert
Skala
lickert adalah metode yang digunakan
untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai
sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang
telah ditetapkan oleh peneliti (Lickert R.,1932;1–55). Dalam penelitian ini
skala lickert digunakan untuk mengukur tingkat perilaku masyarakat pesisir
dalam upaya peningkatan ekonomi secara umum yang telah ditetapkan sebelumnya
yang mengacu pada teori dan pedoman yang ada. Kelas atau kriteria untuk untuk
mengetahui tingkat perilaku masyarakat pesisir adalah : Baik, Kurang Baik, dan
Tidak Baik. Adapun rumus yang digunakan dalam menentukan interval adalah
sebagai berikut:
Berikut
skor dan kriteria berdasarkan hasi interpretasi interval :
I. > 3,7 = Mendukung
II. 2,4 – 3,7 = Kurang Mendukung
III. < 2,4 = Tidak Mendukung
Terakhir, selamat menjadi seorang analiser wilayah kota yang baik dan tahan banting!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar