“Bagaimana caraku menjaga shalatku? Saya
ingin berubah dan memulainya dengan shalat namun sejujurnya saya begitu sulit
mempertahankan niat yang selalu hanya menggebu-gebu di awal. Sulit bagi saya
untuk bertahan. Melawan selimut saat subuh atau untuk sementara waktu menghempas
kesibukan dunia kala siang, terlampau sulit untuk kulakukan. Lima waktu terasa
berat sekali.”
Seseorang pernah menceritakan
problematika demikian kepada saya, lalu kutimpali “Cobalah shalat 7 waktu,
sholat fardhu lalu kau tambahkan dengan
amalan sholat dhuha kala pagi dan tahajjud witir kala sepertiga malam.” Dia
tidak terkejut, hanya saja responnya seperti mengisyaratkan bahwa dia bertanya
pada orang yang salah. Ekspresinya mengatakan “Lima waktu saja susah”
“Peliharalah segala shalatmu dan
peliharalah shalat wusthaa (ashar). Berdirilah untuk Allah dalam shalatmu
dengan khusyu. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya) ,maka shalatlah sambil
berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah
Allah (shalatlah) sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang
belum kau ketahui (al-Baqarah:238-239)
Kalian
tahu, terapi anestesi yang dilakukan sebelum dokter melakukan pembedahan?
Mereka dibagi atas pembiusan total, pembiusan lokal dan pembiusan regional.
Ketiganya dibedakan berdasarkan jangkauan bius yang dibutuhkan serta banyaknya
zat bius yang digunakan. Beberapa pasien terpaksa diberi pembiusan total karena
operasinya termasuk ke dalam tingkat berat. Namun ada pula yang diberi
pembiusan yang hanya diaktifkan pada bagian tubuh yang terserang bakal tumor
kecil saja. Saya selalu berfikir bahwa beberapa orang (termasuk saya) adalah
rupa-rupa yang terlalu memanjakan diri hingga payah terhadap peperangan mencapai
taat.
Jika
pembiusan regional pada dirimu kau rasakan tak mempan malah menjadikan dirimu
frustasi karena tidak bisa menjadi kapten atas nafsumu sendiri, apa salahnya
melakukan pembiusan taat secara total dengan sedikit memaksakan diri. Perihal memaksakan
diri dalam ibadah, apa yang salah?. Kebanyakan orang yang kutemui selalu begitu
durabel pada ideologi seperti ini “Saya tidak ingin menurut aurat jika itu
karena terpaksa, saya baru akan shalat jika murni dari kemauan saya, saya
benar-benar ingin mempelajari Al-Qur’an jika hati saya sudah merasa ikhlas.”
Kunamai persepsi seperti ini dengan Alibi berujung nothing. Bagaimana jika ajal
menjadi tamu yang lebih dulu mengetuk pintu daripada rasa ikhlas?
Ibu-ibu
sejak zaman “minyak rambut kemiri” hingga hari ini barangkali selalu mengatakan
kepada anak-anaknya yang belum ia anggap dewasa “Cobalah sedikit-sedikit, hari
ini mulailah dengan shalat subuh, besok-besok kalau telat, kamu bisa
mengerjakan shalat lain”. “Cobalah shalat dua waktu, bulan depan mungkin kamu
sudah bisa sempurna, nanti ibu beri hadiah.”
Lantas
saat orang-orang yang berusia diatas 17 tahun, 1/4 abad hingga 3 dekade
mengeluhkan dirinya yang merasa berat atas shalat-shalatnya, apa pantas jika
kepadanya dikatakan “cobalah shalat satu waktu saja dulu!” ?
Doc. google |
Aku
berlindung pada Allah dari metode dakwah yang salah. Shalat 7 waktu dengan
komposisi 5 waktu wajib dan 2 waktu yang sangat dianjurkan. Dulu saya berfikir
“yang penting shalat wajibku kutunaikan.” Kalimat muslim seperti kalimatku ini sama
seperti anak sekolah yang tersenyum luar biasa puas dengan mengatakan “tidak
apa-apa dapat nilai 65, yang penting saya tidak mengikuti ujian dua kali.” Ini
salah satu bukti dari banyaknya hal yang menyatakan bahwa saya pernah termasuk
orang yang tidak terlalu berambisi untuk lebih dekat pada-Nya, bagiku sama saja
jika kukatakan “tidak begitu mengharapkan perjumpaan denganNya kelak juga tidak
menginginkan surgaNya.”
Terlampau lupa bahwa “shalat yang dua waktu
ini” (shalat dhuha dan shalat di sepertiga malam) berhukum sunnah muakkad
(sangat dianjurkan/ ditekankan) dimana yang menganjurkan adalah Allah SWT dan
Rasul-Nya sendiri.
Bagi seorang job and scholarship hunter
pasti tahu bahwa tiap-tiap program beasiswa maupun lowongan pekerjaan memiliki
persyaratan masing-masing, Beberapa diantaranya harus melampirkan berkas
berstatus wajib dan ada pula berkas yang “bersifat pilihan, namun diutamakan”.
Untuk hal duniawi saja yang ketidak-kekalannya dapat dipastikan, orang-orang
kadang tetap memburu mati-matian kelengkapan berkas yang sekalipun berstatus opsional
(tidak mutlak) agar peluang lolos seleksi administrasi semakin besar. Lalu
bagaimana dengan amalan sunnah muakkad yang Allah anjurkan? Seberapa besar
usaha yang dilakukan agar lolos seleksi ke surga-Nya yang kekekalannya tidak
terelakkan?
Oleh
karena agama ini mengepitomisasi bahwa muslim memiliki tanggung jawab atas
saudara muslimnya yang lain dalam hal “nasehat menasehati” sekalipun di hari
pengadilan nanti kita semua terhisab sendiri-sendiri, maka saya begitu ingin
menyuarakan keutamaan 2 waktu shalat sunnah muakkad ini. Mengenai shalat wajib
5 waktu yang legalitasnya sudah begitu lazim, saya hanya bisa mengatakan, jika
kamu sudah melewati lebih dari 5.000 hari dalam hidupmu, namun belum juga mampu
mengikrarkan diri untuk menunaikan sesuatu yang jelas diwajibkan atasmu, saudaraku,,,,
kamu dan juga saya pasti akan merasakan sakit karena rasa penyesalan yang
terlampau hebat suatu hari nanti.
1.
Dhuha
Shalat
Dhuha adalah shalat yang ditunaikan pada pagi hari ketika matahari sudah
setinggi tombak dilihat dengan mata telanjang hingga dekat dengan waktu
matahari bergeser ke barat yaitu kira-kira 1/3 jam (20 menit) setelah matahari
terbit hingga 10 atau 5 menit sebelum matahari bergeser ke barat (Syaikh
Muhammad bin Sholih Al Utsaimin).
Sekalipun
hukum shalat ini adalah sunnah muakkad namun seiring saya mempelajari berbagai
referensi mengenai shalat yang kunamai “penenang jiwa di kesibukan pagi” ini,
saya menemukan bahwa shalat ini luar biasa ditekankan pelaksanaannya oleh
Rasulullah SAW. Di dalam fikiran maupun hati saya bahkan telah menempatkan shalat
ini ke dalam posisi “wajib” dibawah kurva shalat fardhu.
Dalam
beragamnya ceramah pemuka-pemuka Islam yang biasa ditemui atau bahkan orang tua
dirumah acapkali berpesan “Biasakan shalat dhuha agar kamu sukses meniti karir,
agar rezekimu lancar” Terkadang niat beribadah kepada-Nya perlu sesering
mungkin mengesampingkan kalimat-kalimat motivasi yang bersifat keuntungan
duniawi seperti ini. Bagi saya, hal tersebut dapat membuat ketulusan meraih
ridho Allah menjadi cacat dan potensi datangnya kecewa menjadi lebih besar jika
tidak kunjung menemui realita atas iming-iming dunia yang menjadi landasan
melaksanakan ibadah.
“Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bahwa beliau telah bersabda: “Di setiap pagi, ada kewajiban sedekah atas setiap
persendian dari salah seorang kalian. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap
tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah
sedekah, amar nahi mungkar adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti)
dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 rakaat (HR. Muslim no.1704)
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan
memiliki 360 persendian” (HR. Muslim no.2377)
Berdasarkan kedua hadits yang sanadnya
shahih ini, bahwa manusia memiliki 360 persendian (telah teruji di dunia
kedokteran) dan tiap persendian wajib mengeluarkan sedekah setiap hari. Coba
bayangkan dalam seminggu kita harus mengeluarkan sedekah untuk 2.520 persendian
(belum ada referensi yang kutemukan mengenai kadar/ satuan sedekah pada tiap
persendian). Oleh karena waktu yang kita miliki terbatas juga kesibukan lain
yang harus ditunaikan maka hal tersebut dapat tercukupi dengan shalat Dhuha.
Shalat dhuha berhukum sunnah jika
siapapun dari kita mampu mengayomi seluruh sedekah yang wajib dikeluarkan pada
tiap-tiap persendian di tubuh kita setiap hari. Namun dia beralih menjadi “harus
ditunaikan” jika kita tidak mampu melakukan hal tersebut. Nabi Muhammad SAW
jelas menyampaikan bahwa “Di setiap pagi, ada kewajiban sedekah atas setiap
persendian dari salah seorang kalian.” Kesimpulannya; jika kita tidak
mengamalkan sholat dhuha namun tidak pula memenuhi sedekah untuk tiap-tiap
persendian kita, bukankah kewajiban tersebut lantas menjadi tanggungan diri
sendiri yang bertumpuk-tumpuk setiap pagi? (Wallahu a’lam atas pemikiran
manusia seperti saya yang dangkal ilmu ini, dan aku berlindung dari melakukan
pembaruan pada agama (bid’ah))
2.
Shalat
Sepertiga Malam
Shalat sepertiga malam adalah shalat
tahajjud dengan jumlah rakaat genap yang biasanya dirangkaikan dengan shalat
penutup 3 rakaat (shalat witir). Shalat ini merupakan kebiasaan orang-orang
shaleh seperti yang disabdakan Rasulullah SAW;
“Hendaklah kalian rajin bangun malam (bertahajjud). Sebab
hal itu telah menjadi kebiasaan para orang shaleh sebelummu. Dan yang
menyebabkan kau dekat dengan-Nya. Juga dihapuskan dosa-dosa kalian, sekaligus
menghindarkan penyakit yang berasal dari tubuh” Sabda Rasulullah SAW yang
ditiru kembali oleh Bilal RA. (HR. Tirmidzi)
Menunaikan shalat ini tergolong sulit
bagi beberapa orang lantas mudah bagi sebagian yang lain. Keluhan dengan rating
tertinggi berdasarkan pengalaman saya secara personal adalah “sulit terjaga
saat tidur malam”. Keluhan ini manusiawi namun seiring saya mempelajari, lambat
laun saya meyakini bahwa beberapa hal yang dinilai sulit terkadang karena
kurang dianggap penting. Wallahi, jika Ujian Nasional, ujian skripsi atau ujian
yang selaras dengan itu diadakan pada waktu sepertiga malam maka pasti kamu
terjaga di waktu tersebut.
Mengenai shalat malam, benda yang
paling membantu beberapa orang adalah “Alarm”. Semacam benda yang melawan
mental lembek kita atas semua alasan-alasan
yang dipaparkan. Sepertiga malam, waktu yang kunamai dengan waktu mustajab
untuk meminta, mengeluhkan semua kesulitan, mencurahkan perasaan, berterima
kasih, juga memohon ampunan kepada-Nya. Besarnya faedah dari shalat ini,
sampai-sampai Rasulullah mengatakan;
“Sebaik-baiknya shalat setelah shalat fardhu adalah shalat
malam” (HR.Bukhari, Muslim dan Nasa’i)
Allah
SWT pun berfirman;
“Dan pada sebahagian malam hari, kerjakanlah sholat tahajjud
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Robb-mu mengangkat kamu
ketempat yang terpuji (Al-Isro :79)
Beberapa referensi yang pernah saya baca
bahwa hal-hal yang bisa membantu hati kita teguh merutinkan kebiasaan shalat
malam ini antara lain menyedikitkan makan di malam hari, tidur lebih awal,
sebelum tidur berdoa agar diberi kesempatan menunaikannya dan yang terpenting
meyakini bahwa mati dan akhirat itu pasti.
Shalat..shalat..shalat..
Jika shalat telah tertunai, maka mencapai
khusyuk juga adalah tugas tanpa batas hingga mati.
“Shalatlah seperti halnya shalat orang
yang akan meninggal, yaitu seakan-akan engkau melihat Allah. Jika engkau tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR. Thabrani, Ibnu Majah dan
Ahmad)
Dalam tulisan ini, saya juga ingin
merekomendasikan dua buku yang Insha Allah dapat membantu untuk meneguhkan hati
dalam hal memenuhi hujjah kita sebagai Muslim (Shalat).
1. Jangan Pernah Lalaikan Shalatmu (Hasan Zakariya Fulaifil)
Bagi yang baru memulai berteman dengan
shalat ataupun yang telah kontinu dengan shalatnya namun terasa seperti
rutinitas yang membosankan, maka mengkhatamkan 50 nasehat ruhani yang dikemas
hebat dalam buku ini, rasanya seperti kau kehabisan kuota internet 2 minggu lalu tiba-tiba
mendapatkan jaringan wifi dimana-mana.
2. Sifat Shalat Nabi (Muhammad Nashiruddin
Al-Albani)
Buku panduan shalat terbaik
dari buku-buku serupa yang pernah kutemui, juga sebelumnya merupakan
rekomendasi dua orang hebat yang kukasihi karena Allah. Buku ini menjabarkan
kesepakatan-kesepakatan jelas mengenai tata cara sholat dengan berdasar pada
hadits-hadist Rasulullah SAW yang telah ditelusuri keabsahannya. Setelah
membaca buku ini lalu menanyakan hal-hal yang masih abstrak di hati kepada
orang-orang yang dipercaya, saya menemukan beberapa kesalahan dalam shalat saya
sebelumnya. Penekanan terpenting dalam buku ini adalah bahwa Rasulullah
melarang keras shalat seperti ayam mematuk makanannya (terburu-buru). Tiada
yang dapat menyerupai sempurnanya shalat Rasulullah SAW, namun minimal kita
dapat mencapai tahap “mendekati”. Tata cara shalat jangan bermodalkan warisan
dari apa yang diajarkan di bangku sekolah. Belajar, telusuri, lalu cek shalatmu
sendiri. “Shalatlah sebagaimana Engkau
melihat aku shalat” (HR. Bukhari)
Bagi yang hatinya terkadang masih berat
untuk berakrab fasih dengan Subuh, Dhuha, Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya,
Tahajjud juga Witir, yang harus kamu tahu bahwa Allah tidak butuh shalatmu
sedikitpun. Engkaulah yang butuh shalat agar selamat. Waktu berlalu cepat dan
sangat singkat dari yang difikirkan, lantas apa kabar dengan list kewajiban yang
bertumpuk-tumpuk tak tergugurkan.
Benarkah kau percaya dengan hari
pengadilan Allah kelak? Ingin kukatakan. agama ini sungguh jelas memberi kabar
bahwa ketika wafat nanti maka amalan pertama yang akan dihisab adalah amalan
shalat. Jika amalan shalat bernilai buruk maka pada waktu itu kamu akan jelas
melihat bagaimana amalan-amalanmu yang lain seperti debu-debu yang beterbangan.
Meninggalkan shalat pun dinyatakan sebagai keabsahan murtad dan beralih kufur. Namun
jikalau kamu tidak memiliki daya untuk memperdulikan hal sekrusial ini, maka
janganlah menyalahkan apapun kecuali dirimu sendiri.
Menggunakan kosakata “kau” membuat saya
terdengar menggurui, percaya saja bahwa kata “kau” dalam tulisan ini pertama
kali ditujukan kepada penulis dan pembaca untuk selanjutnya.
Memaksakan diri pada kebaikan, kedepan
akan beralih menjadi aktifitas natural yang terlatih hingga di titik kulminasi.
Memaksakan diri pada 7 waktu, nafsu tamaram, hingga akhirat menjadi kampung
yang paling dirindukan.
Dari saudaramu yang setiap hari mati-matian melawan nafsu
kemalasan agar dapat reunian denganmu di surga nanti. Ipa..
I'm ready to watch and apply this video for myself..
I'm ready to watch and apply this video for myself..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar