Siapa yang tidak pernah
menyesal? Manusia baligh dan berakal sehat manapun pasti pernah merasakannya.
Tapi otoritas dari penyesalan haruslah berstandar tinggi. Bukan menyesal karena
hal-hal kecil dan sepele lagi lumrah dalam hidup ini.
Saya sejujurnya adalah
pemilik beberapa penyesalan dalam hidup.
Saya menyesal mengapa baru
sekarang paham akan hakikat hidup ini.
Saya menyesal mengapa
begitu terlambat menghijabkan perilaku.
Saya menyesal mengapa dulu
tenggelam dalam hal-hal mudharat.
Saya menyesal mengapa dulu
tidak cukup dewasa mengambil tindakan
Saya menyesal mengapa dulu mudah sekali menyakiti.
Saya menyesal mengapa dulu mudah sekali menyakiti.
Saya terkadang malu jika
mengingat-ingat kejadian-kejadian masa lalu kemudian mendapati diri saya di
masa lalu adalah suatu figur yang sedikit menjijikan, begitu kekanak-kanakan,
standar hidup yang rendah.. -_-
Menyesal adalah belajar.
Ketika saya tumbuh dengan memeluk rasa sesal, disitulah saya belajar untuk
berusaha menjadi baik. Tidak harus semua orang tahu besarnya penyesalan dan
keinginan untuk memperbaikinya.
Siapapun yang pernah
tersakiti, saya ghibahi, saya khianati, saya kecewakan, atau pernah merasa
keberadaan saya adalah sebuah gangguan, saya meminta maaf. Saya tidak tahu
harus meminta maaf kepada siapa dan memulai dari mana.
Saat tulisan ini dibuat
sungguh saya benar-benar sedikit merasa lega. Terlepas dari itu, terima kasih
telah ambil alih dalam penciptaan rasa sesal ini, karena dengannya saya sungguh
belajar. Sungguh. Seperti bunga matahari yang daunnya berguguran karena tidak
menghadap ke matahari, karena penyesalan, dia belajar bagaimana agar daunnya
tidak mudah berguguran lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar