Selasa, 13 Desember 2016

Dari Pelajar Kampung Inggris Untuk Pare "Konversi Lahan & Perubahan Kenampakan Rural Menjadi Urban Area di Kecamatan Pare, Jawa Timur"

Setiap administratif wilayah memiliki karakteristik pembangunan dan metode pengembangan wilayah   yang   berbeda-beda   namun   pada   dasarnya mengemban tujuan yang sama yakni mewujudkan wilayah yang aman, nyaman dan berkelanjutan. Salah satu wilayah dengan pengembangan pembangunan berkelanjutan dengan karakteristik yang menarik yakni Kecamatan Pare, Kediri. Terletak 25 km sebelah timur laut Kota Kediri, atau 120 km barat daya Kota Surabaya. Pare berada pada jalur Kediri-Malang dan jalur Jombang-Kediri serta Jombang-Blitar. Selain itu daerah Pare berada pada ketinggian 125 meter di atas permukaan laut.
Wilayah yang berada dalam lingkup administratif Provinsi Jawa Timur ini memiliki progress pengembangan wilayah dengan adanya  Kampung Inggris  yang berada dalam wilayah administratif Desa Tulungrejo (5,92 Km2) dan Desa Pelem (4,25 Km2). Area konsentrasi Kampung Inggris tidak melingkupi seluruh wilayah kedua  desa  tersebut.  Di  Desa  Tulungrejo  ada  di  tiga  dusun,  yaitu;  Tulungrejo, Tegalsari,  dan  Mangunrejo.  Sedangkan di Desa Pelem, area Kampung Inggris terdapat di 2 dusun, yaitu: Dusun Singgahan dan Pelem. Istilah “Kampung Inggris” untuk penamaan kawasan ini bukan merujuk pada adanya sekumpulan orang Inggris yang berdomisili di daerah ini, namun kawasan ini memiliki karakteristik wilayah yang khas, dimana terdapat ratusan lembaga kursus bahasa Inggris sehingga wilayah Kabupaten Kediri khususnya Kecamatan Pare selalu dikunjungi orang-orang di seluruh Indonesia dengan tujuan akademik setiap bulannya. Lembaga kursus tersebut berjumlah hingga 110 pada tahun 2009-2010 dan pada tahun 2001 membentuk komunitas bernama “Kampung Inggris”.

    Doc : google

Ancaman Wilayah Kecamatan Pare Menjadi Wilayah Peri Urban (WPU)
Wilayah peri urban (WPU) merupakan wilayah yang terletak di antara dua wilayah yang sangat berbeda kondisi lingkungannya, yaitu antara wilayah yang   mempunyai kenampakan kekotaan di satu sisi dan wilayah yang mempunyai kenampakan kedesaan di sisi yang lain. Oleh karena wilayah kota dan desa mempunyai dimensi kehidupan yang sedemikian kompleks yang pada umumnya menunjukkan atribut yang saling berbeda, maka di daerah antara ini kemudian muncul atribut khusus yang merupakan hibrida dari keduanya (Yunus, 2008). Menurut Gaplin (1915), wilayah  peri urban merupakan suatu wilayah kedesaan yang mengalami perubahan menuju sifat kekotaan.
Berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Kediri nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), salah satu misi pembangunan Kabupaten Kediri Tahun 2005-2025 yakni “Meningkatkan kualitas infrastruktur daerah yang mendukung pembangunan berkelanjutan”. Pembangunan berkelanjutan telah digalakkan pula oleh Kecamatan Pare dengan adanya Kampung Inggris. Namun sepertinya dalam mengemban keberlanjutan pembangunan di Pare memunculkan konflik sosial dimana mulai terjadi perubahan kultur masyarakat yang imbasnya memunculkan pula perubahan lingkungan.
Pada awalnya Kecamatan Pare hanyalah sebuah kawasan pedesaan dengan view yang natural dan perekonomian bersifat agraris. Setelah adanya Kampung Inggris, terbentuklah sistem perekonomian yang tidak lagi berpusat pada hasil pertanian dan percepatan pembangunan yang sangat drastis. Perekonomian masyarakat Kecamatan Pare bertalian erat dengan pertumbuhan lembaga  kursus.  Sistem  perekonomiannya  menerapkan  sistem   Kalendisme dimana lembaga pendidikan sebagai inisiator ekonomi merupakan bagian vital yang bertugas menjadi denyut jantung pergerakan ekonomi di sekitarnya. Keberadaan Kampung Inggris menjadikan pola kehidupan masyarakat desa ini berangsur-angsur  mengalami  perubahan  dengan  ditandai  semakin  banyaknya lapangan pekerjaan yang berdiri.
Jumlah lembaga kursus, asrama pelajar Kampung Inggris, fasilitas pelayanan umum serta sarana perdagangan dan jasa terus mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya konversi lahan besar-besaran khususnya di Desa Tulungrejo dan Desa Pelem. Besarnya kenampakan urban area di wilayah Kecamatan Pare dapat dilihat dengan maraknya kemunculan kafe-kafe dan rumah makan elite. Sepintas hal ini merupakan bagian dari kelengkapan fasilitas umum, namun hal tersebut mulai rancu jika Kecamatan Pare masih disebut sebagai wilayah pedesaan. Sedangkan menurut UU No.26 Tahun 2007 mendefinisikan bahwa;

Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber   day alam   dengan   susunan   fungsi kawasan   sebagai   tempat pemukiman   perdesaan,   pelayanan   jasa pemerintahan,  pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.”

Pertanyaan besarnyMasihkah wilayah Desa Tulungrejo dan Desa Pelem disebut desa?

Konversi Lahan Mengancam Permasalahan Sosial dan Lingkungan

Pengertian konversi lahan atau alih fungsi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Konversi lahan pertanian ini tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Konversi lahan umumnya dirangsang oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor pertanian ke sektor ekonomi yang lebih bersifat industrial. Proses transformasi ekonomi tersebut selanjutnya merangsang terjadinya migrasi penduduk ke daerah-daerah pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati pusat kegiatan bisnis  dikonversi  untuk  pembangunan  kompleks  perumahan.  Secarumum pergeseran atau transformasi struktur ekonomi merupakan ciri dari suatu daerah atau negara yang sedang berkembang. (Kustiawan, 1997). 
Tidak ditampik, setiap wilayah pemukiman akan selalu mengalami perubahan. Setiap perubahan yang terjadi khususnya perubahan kenampakan wilayah pedesaan menjadi wilayah dengan kenampakan kekotaan di Kecamatan Pare memiliki dampak positif namun disisi lain timbul berbagai pemasalahn khususnya pada aspek sosial dan lingkungan. Berikut permasalahan sosial dan lingkungan yang terjadi akibat perubahan tersebut; 

1. Permasalahan Sosial
a.  Seiring dengan perkembangan jaman dengan masuknya arus globalisasi yang membawa ide neoliberalisme ke Desa Tulungrejo dan Desa Pelem, sistem ekonomi  Kalendisme berangsur-angsur mengalami pergeseran, yang awalnya saling berbagi kemudian dipenuhi dengan saling berkompetisi layaknya orang berjualan di pasar antara pemilik modal besar dan modal kecil.
b.      Maraknya  kemunculan  kafe-kafe,  dan  rumah  makan  elite,  sehingga penduduk   asli Pare   khususnya   pelajar   usia   sekolah,   mendapat pandangan tentang gaya hidup anak muda dari orang-orang pendatang.
c.    Semakin  meningkatnya  percepatan  pembangunan dan infrastuktur  di Kecamatan Pare akibat ekspansi dari keberadaan wilayah Kampung Inggris, mengakibatkan dari masa ke masa, keefektifan kegiatan komunitas masyarakat pedesaan di Kecamatan Pare semakin menurun.
d.     Meningkatnya kriminalitas. Kawasan pendidikan bahasa Inggris terbesar di Indonesia ini kini tak lagi aman dengan banyaknya tindak kejahatan. Besarnya jumlah siswa yang mengunjungi kawasan ini lambat lain memicu persoalan sosial yang menjurus tindak kejahatan. Sejumlah warga dan peserta kursus mengaku menjadi korban pencurian mulai uang, telepon seluler, hingga sepeda Saat ini, Kepolisian Resor Kediri menugaskan  seorang  petugas  polisi  berpangkat  Brigadir  di  di  setiap rukun warga di Kampung Inggris, Pare, Kabupaten Kediri.
e.   Salah  satu  ciri  khas  dari  kawasan  Kampung  Inggris,  Pare  yakni pengemis yang jumlahnya cukup banyak. Beberapa pengemis mengaku adalah warga Kecamatan Pare sendiri, namun ada pula beberapa dari mereka yang merupakan warga dari kecamatan lain. Hal ini adalah bentuk krisis sosial yang tidak semestinya ditemukan di daerah ikon Kampung Inggris.  

    2.    Permasalahan Lingkungan

a.  Kepadatan pemukiman di wilayah Kecamatan Pare sangat dipengaruhi oleh kawasan Kampung Inggris. Jumlah lembaga kursus yang terus menerus meningkat mengakibatkan Kampung Inggris terus mengalami pelebaran kawasan dan terekspansi kepada gencarnya pembangunan rumah kost, warung makan, butik, jasa laundry, kios, kafe, warnet dan berbagai pembangunan jasa lainnya.



b.   Konversi lahan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri, produksi padi di Kecamatan Pare mengalami penurunan drastis yakni pada tahun 2014, produksi padi Kecamatan Pare mencapai 12.434 ton  dan  menurun pada tahun 2015 menjadi 11.537 ton. Hal  ini mengindikasikan bahwa cukup banyak lahan pertanian di Kecamatan Pare yang kini menjadi lahan terbangun.



c.   Pencemaran udara dan kepadatan lalu lintas khususnya di jalan-jalan utama seperti Jalan Brawijaya dan Jalan Anyelir. Pare bukan lagi daerah yang udaranya bebas polusi dan didominasi oleh sepeda. Namun wajah Pare saat ini semrawut akibat kendaraan bermotor yang mulai mendominasi.
d.   Lingkungan yang kurang sehat. Hal ini dapat dilihat dari tercemarnya sungai yang berada di wilayah Kampung Inggris yang tercemari oleh sampah dan limbah plastik.
e.  Tidak terkendalinya pola pembangunan serta bangunan yang mengambil area jalan sebagai lahan parkir.


     Analisa Pendekatan dan Penanganan dalam Meminimalisir Dampak Perubahan   Sosial dan Lingkungan di Kecamatan Par
Daya tarik kampung inggris sebagai ikon jawa timur ternyata kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat setempat. Untuk meminimalisir dampak dari perubahan sosial dan lingkungan di Kecamatan Pare, maka beberapa saran bagi pemerintah dan masyarakat sebagai pemeran penting dalam mengusut pembangunan berkelanjutan di Pare yakni sebagai berikut;
1.        Pemerintah
a.   Mempertegas aturan penataan ruang di wilayah Kecamatan Pare
b.   Segala  bentuk  pembangunan  yang  meningkatkan  resiko  lingkungan  harus dihentikan.
c.   Tegas  dalam  menetapkan  jumlah  kendaraan  bermotor  yang  boleh  memasuki area Kampung Inggris.
d.   Meningkatkan keamanan dari tindak kejahatan
e.     Membuat sistem persampahan dengan standarisasi yang seharusnya.

2.        Masyarakat
a. Tetap melaksanakan berbagai kegiatan-kegiatan komunitas masyarakat pedesaan untuk memupuk rasa persaudaraan.
b.  Bagi   pengelola   kursus   agar   tetap   lebih   memperhatikan   kualitas dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan akibat banyaknya jumlah peserta didik.
c.  Memperhatikan    lingkungan    dengan    tidak    membuang    sampah sembarangan terutama di sungai dan area sempadan sungai.


Kerangka Penelitian



DAFTAR PUSTAKA

  Anitasari, Kusnul Dwi. 2012. Dari desa menjadi kampung inggris, Kajian Sejarah Perekonomian Desa Tulungrejo Pare Kediri 1977 2011. Universitas Negeri Malang. Anwar. 2004.

Profil Kecamatan Pare Tahun 2014
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Kediri Dalam Angka 2015
Badan Pusat Statistik, Indikator Pertanian Kabupaten Kediri Tahun 2016
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pedesaan

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger