Saat
tulisan ini dibuat, hujan turun deras, kaki dingin, sandal jepit penuh pasir
basah, kaos kaki berubah warna, kenangan melayang-melayang lalu pikiran menelisik
lebih dalam makna hidup ini.
Hujan
memang selalu mengundang sesuatu yang dinamakan dengan “bawa perasaan”
Yah
setinggi-tingginya tingkat kedewasaan seseorang, ia pasti pernah merasakan
pikirannya terhanyut dalam nuansa hujan dimana hanya menyisakan dua hal “Genangan
dan Kenangan”
Sandal
jepit dan kaos kaki basah.
Saya
kadang bertanya untuk apa memakai kaos kaki ketika keluar rumah dalam keadaan
hujan? Hanya mengundang basah dan jelas akan basah. Mengundang flu dan menambah
dingin. Tetapi
ternyata sekalipun banyak hal yang membuat kita memuseumkan kaos kaki saat
musim hujan, banyak pula perkara yang mendorong untuk tetap memakai kaos kaki
seperti biasanya.
Siapa bilang taat itu gampang? Siapapun yang memutuskan untuk taat pasti akan
merasakan dirinya membutuhkan banyak keikhlasan setiap harinya. Filosofinya
seperti saat sedang membungkus kado. Kado selalu dibungkus seutuhnya, kadang
juga dibungkus begitu misterius agar yang menerima kadonya tidak mudah menebak.
Kado-kado itu seperti halnya diri saya dan perempuan baligh diseluruh dunia.
Saat saya membungkus diri saya tapi kaki saya telanjang atau bentuk badan saya
tertebak, tentu saya bukanlah termasuk seorang pembungkus yang baik.
Hujan
adalah ujiannya. Allah ingin melihat siapa yang kaki-kakinya masih tertutup
rapat.
Lalu
ada apa dengan sandal jepit?
Ini
hanya tentang sebuah rasa kenyamanan. Kenyamanan yang mengalahkan urusan penglihatan
orang-orang. Saat perempuan benar-benar tulus untuk semata-mata mengharapkan ridho-Nya, mereka cenderung mulai malas menarik banyak perhatian pada hal-hal yang
sifatnya tidak perlu.
Wah..Hujannya sudah reda, matahari luar biasa terang.
Saatnya
memakai kaos kaki cadangan. Terima kasih Allah SWT, seiring dengan usaha mencoba untuk taat ini, Engkau selingi
dengan rezeki yang membuat saya bisa membeli banyak kaos kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar