Kamis, 02 Februari 2017

Pengalaman Bersama BLHD Prov. Sul-Sel dalam Proyek EKUP Tahun 2015

Perjalanan waktu sungguh terasa singkat. Tidak terasa tahun 2016 telah berakhir, tapi masih banyak tulisan-tulisan perihal perjalanan hidup yang dulunya hanya sebatas niat yang sampai sekarangpun masih sebatas draft judul hahahh.. Bagi saya, blog ini sungguh adalah tempat paling merdeka di dunia setelah kamar. Saya bisa menceritakan apa saja tanpa harus takut dengan rasa riya dan over share pengalaman hidup yang berlebihan. Wah ada apa? Padahal blog sifatnya lebih over publik ketimbang facebook dan kawan-kawannya. Entahlah! mungkin karena blog tidak terlalu terprovokasi oleh timeline dan tidak hanya diperuntukkan bagi yang mengenal kita saja. Wah saya salah sasaran, ini bukan persoalan yang ingin kubahas -_-
Pada tulisan kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya saat turut serta dalam survey lapangan dan penyusunan Laporan EKUP Kota Makassar dan Kota Pare-Pare tahun 2015. Bagi yang merasa asing apa itu EKUP atau bahkan sama sekali tidak pernah mendengarnya, nuhun saya jelaskan.
Proyek EKUP merupakan salah satu Proyek Nasional di bidang lingkungan hidup yang dilaksanakan melalui program Langit Biru. Program langit biru tersebut bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas udara perkotaan dari pencemaran udara, khususnya yang bersumber dari kendaraan bermotor melalui penerapan transportasi berkelanjutan. Dengan kegiatan rutinan tahunan ini diharapkan kita dapat mengetahui seberapa besar tingkatan pencemaran udara di daerah berstatus kota sehingga dapat dirumuskan bentuk pengendalian yang dapat dilakukan guna meminimalisir dampak yang terjadi akibat menurunnya kualitas udara di perkotaan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan melakukan Kegiatan Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan untuk mengetahui seberapa besar tingkatan pencemaran udara di Kota Makassar dan Kota Pare-Pare sehingga nantinya dapat dirumuskan bentuk pengendalian yang dapat dilakukan guna meminimalisir dampak yang terjadi akibat menurunnya kualitas udara di perkotaan tersebut.

H3 Kota Pare-Pare : Foto Bersama Tim Pelaksana Proyek EKUP Tahun 2015

Saat melakukan pengambilan data di lapangan, seluruh panitia telah memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam hal ini saya bertugas dalam pengambilan data kandungan gas buang pada sampel kendaraan yang terpilih. Jika saya ingin membandingkan, ini adalah survey lapangan yang paling menguras tenaga yang pernah saya temui. Saat masih berstatus mahasiswa S1, survey lapangan bukan hal yang asing lagi, tapi saya jarang sekali semumet seperti saat berkecimpung dalam proyek EKUP ini. Bayangkan saja ribuan mobil yang dijadikan sampel harus terekspektasi ke dalam data berlembar-lembar jumlahnya. Nah dalam kegiatan ini saya juga ditemani oleh beberapa mahasiswa dan fresh graduate seperti saya dari Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. Secara garis besar, ada empat kegiatan survey lapangan yang dilakukan. Berikut gambarannya;
1.       Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor (Spotcheck)
Uji emisi dimaksudkan untuk mengetahui kandungan gas buang kendaraan yang berpotensi mencemari lingkungan meliputi 5 unsur dalam gas buang kendaraan yang akan diukur yaitu senyawa HC, CO, CO2, O2 dan senyawa NOx. Pada pelaksanaan kegiatan uji emisi di Kota Makassar ini ditargetkan 1500 data valid gas buang kendaraan bermotor.
2.     Pemantauan Udara Jalan Raya (Roadside Monitoring)
Parameter yang dipantau dalam pengukuran dan pemantauan udara jalan raya di Kota Makassar yaitu Hidrokarbon dalam bentuk NMHC (Non Methan Hydro Carbon), CO (Karbonmonoksida), PM 10, NO2, O3, dan SO2. Pemantauan udara ambien dilakukan di tepi jalan raya pada jarak 1-5 meter dari pinggir jalan raya. Pemantauan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kualitas udara di wilayah Kota Makassar.
3.    Pemantauan Kinerja Lalu Lintas (Traffic Counting).
Dalam pemantauan kinerja lalu lintas (traffic counting) ada 2 (dua) jenis pemantauan yang dilakukan yakni sebagai berikut;
a.    Kecepatan lalu lintas
Survei kecepatan lalulintas untuk kegiatan evaluasi kualitas udara perkotaan dilakukan dengan survei secara manual dengan mengambil sampel tiap jenis kendaraan dalam satuan waktu tertentu. Kecepatan lalu lintas yang dimaksudkan yakni perbandingan antara jarak yang ditempuh dengan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Melakukan observasi kecepatan lalu lintas memperhatikan situasi arus jalan (kecelakaan, kondisi cuaca, dan pada jam-jam sibuk) yang tentu mempengaruhi kecepatan lalu lintas.
b.    Volume Lalu Lintas
Pengamatan volume lalu lintas yakni dengan menghitung jumlah kendaraan yang melintasi lokasi titik pengamatan dalam satuan kendaraan per waktu. Untuk memudahkan surveyor serta ketelitian pengamatan maka survei volume lalu lintas ini dilakukan dengan menggunakan handycam dan kemudian perhitungan dilakukan di ruangan setelah surveyor selesei merekam arus lalu lintas di lokasi pengamatan tertentu. Adapun jenis kendaraan yang dihitung yakni ada 13 jenis kendaraan meliputi becak motor, sedan dll, angkot dll, bis mikro, bis, pick up, truk 2 as 4 roda, truk 2 as 6 roda, truk 3 as, truk 4 as, trailer, sepeda motor/scooter serta becak/ sepeda/ gerobak.
4.    Pemantauan Kualitas Bahan Bakar (BBM)
Pemantauan dilakukan pada SPBU yang tersebar di seluruh wilayah kota Makassar yang dianggap mewakili ketersebaran pemakaian BBM pada kendaraan. Pada kegiatan pemantauan kualitas bahan bakar ini ada 7 (tujuh) SPBU yang diuji kualitas bahan bakar minyaknya yang mewakili wilayah barat, timur, utara, selatan dan pusat kota Makassar.

Survey dilakukan selama 6 hari (3 hari di Kota Makassar dan 3 hari di Kota Pare-Pare). Nah disini saya merasa Allah benar-benar sebaik-baik pembuat rencana. Kebetulan sekali skripsi yang saya ajukan pada saat menempuh kuliah di S1 kemarin adalah menyangkut perhitungan volume lalu lintas dan kawan-kawannya, sungguh itu sangat membantu. Penyelesaian laporannya pun tidak jauh-jauh dari teori-teori transportasi yang pernah saya masukkan dalam skripsi, dan pula memakai rumus-rumus penerapan volume lalu lintas di MKJI 1997. Padahal saat mendapat judul skripsi tersebut, saya sempat mengeluh karena itu bukanlah judul prioritas yang saya inginkan. Kala itu sejujurnya saya ingin membahas persoalan bagaimana daerah pinggiran kota mengalami ketidaktetapan contiguous zone sehingga berdampak pada ekuilibrium kehidupan sosial masyarakatnya. Mungkin bagi Pak Ancu ini terdengar absurd kali yah jadi tidak terpilih..wkwkw
Saya tidak tahu harus menjelaskan apa lagi, intinya terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk mencicipi pengalaman ini.

Pelatihan Pra Survey

Ini alat yang digunakan untuk Roadsite Monitoring

H3 di Kota Makassar : Wajah-wajah setelah pengambilan sampel kendaraan ke 1.910 -,-


Tidak ada komentar:

Powered By Blogger