Perjalanan waktu sungguh terasa singkat. Tidak terasa tahun
2016 telah berakhir, tapi masih banyak tulisan-tulisan perihal perjalanan hidup
yang dulunya hanya sebatas niat yang sampai sekarangpun masih sebatas draft
judul hahahh.. Bagi saya, blog ini sungguh adalah tempat paling merdeka di
dunia setelah kamar. Saya bisa menceritakan apa saja tanpa harus takut dengan
rasa riya dan over share pengalaman hidup yang berlebihan. Wah ada apa? Padahal
blog sifatnya lebih over publik ketimbang facebook dan kawan-kawannya.
Entahlah! mungkin karena blog tidak terlalu terprovokasi oleh timeline dan
tidak hanya diperuntukkan bagi yang mengenal kita saja. Wah saya salah sasaran,
ini bukan persoalan yang ingin kubahas -_-
Pada
tulisan kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya saat turut serta dalam
survey lapangan dan penyusunan Laporan EKUP Kota Makassar dan Kota Pare-Pare
tahun 2015. Bagi yang merasa asing apa itu EKUP atau bahkan sama sekali tidak
pernah mendengarnya, nuhun saya jelaskan.
Proyek
EKUP merupakan salah satu Proyek Nasional di bidang lingkungan hidup yang
dilaksanakan melalui program Langit Biru. Program langit biru tersebut
bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas udara perkotaan dari pencemaran
udara, khususnya yang bersumber dari kendaraan bermotor melalui penerapan
transportasi berkelanjutan. Dengan kegiatan rutinan tahunan ini diharapkan kita dapat mengetahui seberapa besar tingkatan
pencemaran udara di daerah berstatus kota sehingga dapat dirumuskan bentuk
pengendalian yang dapat dilakukan guna meminimalisir dampak yang terjadi akibat
menurunnya kualitas udara di perkotaan tersebut. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
melakukan Kegiatan Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan untuk mengetahui seberapa
besar tingkatan pencemaran udara di Kota Makassar dan Kota Pare-Pare sehingga
nantinya dapat dirumuskan bentuk pengendalian yang dapat dilakukan guna
meminimalisir dampak yang terjadi akibat menurunnya kualitas udara di perkotaan
tersebut.
Saat
melakukan pengambilan data di lapangan, seluruh panitia telah memiliki tugas
dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam hal ini saya bertugas dalam
pengambilan data kandungan gas buang pada sampel kendaraan yang terpilih. Jika
saya ingin membandingkan, ini adalah survey lapangan yang paling menguras
tenaga yang pernah saya temui. Saat masih berstatus mahasiswa S1, survey
lapangan bukan hal yang asing lagi, tapi saya jarang sekali semumet seperti
saat berkecimpung dalam proyek EKUP ini. Bayangkan saja ribuan mobil yang
dijadikan sampel harus terekspektasi ke dalam data berlembar-lembar jumlahnya.
Nah dalam kegiatan ini saya juga ditemani oleh beberapa mahasiswa dan fresh graduate seperti saya dari Teknik Sipil
Universitas Hasanuddin. Secara garis besar, ada empat kegiatan survey lapangan
yang dilakukan. Berikut gambarannya;
1. Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor (Spotcheck)
Uji
emisi dimaksudkan untuk mengetahui kandungan gas buang kendaraan yang
berpotensi mencemari lingkungan meliputi 5 unsur dalam gas buang kendaraan yang
akan diukur yaitu senyawa HC, CO, CO2, O2 dan senyawa NOx. Pada pelaksanaan kegiatan uji emisi di Kota Makassar ini ditargetkan 1500
data valid gas buang kendaraan bermotor.
2. Pemantauan Udara Jalan Raya
(Roadside Monitoring)
Parameter yang dipantau dalam pengukuran dan pemantauan udara
jalan raya di Kota Makassar yaitu Hidrokarbon dalam bentuk NMHC (Non Methan Hydro Carbon), CO
(Karbonmonoksida), PM 10, NO2, O3, dan SO2. Pemantauan
udara ambien dilakukan di tepi jalan raya pada jarak 1-5 meter dari pinggir
jalan raya. Pemantauan ini
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kualitas udara di wilayah Kota Makassar.
3. Pemantauan Kinerja Lalu Lintas
(Traffic Counting).
Dalam pemantauan
kinerja lalu lintas (traffic counting) ada 2 (dua)
jenis pemantauan yang
dilakukan yakni sebagai berikut;
a. Kecepatan lalu lintas
Survei kecepatan lalulintas untuk kegiatan evaluasi kualitas udara
perkotaan dilakukan dengan survei secara manual dengan mengambil sampel tiap
jenis kendaraan dalam satuan waktu tertentu. Kecepatan lalu lintas yang
dimaksudkan yakni perbandingan antara
jarak yang ditempuh dengan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.
Melakukan observasi kecepatan lalu lintas memperhatikan situasi arus jalan
(kecelakaan, kondisi cuaca, dan pada jam-jam sibuk) yang tentu mempengaruhi kecepatan
lalu lintas.
b. Volume Lalu Lintas
Pengamatan
volume lalu lintas yakni dengan menghitung jumlah kendaraan yang melintasi lokasi titik pengamatan dalam
satuan kendaraan per waktu.
Untuk memudahkan surveyor serta ketelitian pengamatan maka survei volume lalu
lintas ini dilakukan dengan menggunakan handycam dan kemudian perhitungan
dilakukan di ruangan setelah surveyor selesei merekam arus lalu lintas di
lokasi pengamatan tertentu. Adapun jenis kendaraan yang dihitung yakni ada 13
jenis kendaraan meliputi becak motor, sedan dll, angkot dll, bis mikro, bis,
pick up, truk 2 as 4 roda, truk 2 as 6 roda, truk 3 as, truk 4 as, trailer,
sepeda motor/scooter serta becak/ sepeda/ gerobak.
4. Pemantauan Kualitas Bahan Bakar (BBM)
Pemantauan dilakukan pada SPBU yang tersebar
di seluruh wilayah kota Makassar yang dianggap mewakili ketersebaran pemakaian
BBM pada kendaraan. Pada kegiatan pemantauan kualitas bahan bakar ini ada 7
(tujuh) SPBU yang diuji kualitas bahan bakar minyaknya yang mewakili wilayah
barat, timur, utara, selatan dan pusat kota Makassar.
Survey dilakukan selama 6 hari (3 hari di Kota Makassar dan
3 hari di Kota Pare-Pare). Nah disini saya merasa Allah benar-benar sebaik-baik
pembuat rencana. Kebetulan sekali skripsi yang saya ajukan pada saat menempuh
kuliah di S1 kemarin adalah menyangkut perhitungan volume lalu lintas dan
kawan-kawannya, sungguh itu sangat membantu. Penyelesaian laporannya pun tidak
jauh-jauh dari teori-teori transportasi yang pernah saya masukkan dalam
skripsi, dan pula memakai rumus-rumus penerapan volume lalu lintas di MKJI
1997. Padahal saat mendapat judul skripsi tersebut, saya sempat mengeluh karena
itu bukanlah judul prioritas yang saya inginkan. Kala itu sejujurnya saya ingin
membahas persoalan bagaimana daerah pinggiran kota mengalami ketidaktetapan
contiguous zone sehingga berdampak pada ekuilibrium kehidupan sosial
masyarakatnya. Mungkin bagi Pak Ancu ini terdengar absurd kali yah jadi tidak
terpilih..wkwkw
Saya tidak tahu harus menjelaskan apa lagi, intinya terima
kasih atas kesempatan yang diberikan untuk mencicipi pengalaman ini.
Pelatihan
Pra Survey
Ini
alat yang digunakan untuk Roadsite Monitoring
H3 di Kota Makassar : Wajah-wajah
setelah pengambilan sampel kendaraan ke 1.910 -,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar